Selasa, 29 Mei 2012

Desa Garu Menjadi Desa Kambing

Usaha peternakan telah banyak berkembang di Indonesia, namun petani pada umumnya masih memelihara ternak sebagai usaha sambilan atau tabungan, sehingga manajemen pemeliharaannya masih dilakukan secara konvensional. Permasalahan utama yang dihadapi petani yaitu belum adanya keterpaduan usaha ternak dengan tanaman. Sehingga jumlah pakan secara memadai terutama pada musim kemarau tidak tersedia. Konsekuensinya banyak petani yang terpaksa menjual ternaknya walaupun dengan harga relatif murah. Upaya mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah provinsi bekerjasama dengan PUNDEN (Perkumpulan Desa Mandiri) melaksanakan program peternakan kambing bagi kelompok PAMAN (Paguyuban Desa Mandiri) di Desa Garu Kecamatan Baron. Saat ini perkembangan ternak kambing tersebut sudah dapat membantu anggota kelompok tani di desa tersebut. Menurut Kepala Desa Garu, Drs. Imam Syafii, penduduk Garu berprofesi sebagai petani, sehingga dengan adanya program pengembangan ternak kambing ini dapat memperkuat ekonomi mereka. Peternakan kambing yang menggunakan kandang tunggal atau disentralisir di salah satu rumah anggota PAMAN, Sukardi, bekembang dengan baik dengan ditandai sudah ada yang mulai bunting alias hamil. Sehingga dalam waktu dekat, kambing-kambing tersebut sudah bias dipanen. Menurut Edy Musyadad, Ketua PUNDEN, nantinya kambing-kambing ini jika sudah berlipat ganda jumlahnya akan digulirkan kepada anggota lain agar manfaatnya bisa bergulir. PUNDEN
anggota kelompok melakukan kerja bakti, menyiapkan atap kandang
kambing mulai masuk ke kandang
Read More..

Jumat, 21 Agustus 2009

DANA SOSIAL DAN ARISAN SEBAGAI JALAN MEMPERKUAT KEBERSAMAAN

Sungguh menyentuh untuk melihat bagaimana sekelompok orang memasak untuk setiap orang yang ada di sana. Sementara kelompok yang lain sedang mengurus anak-anak, yang lain sedang bercocok tanam. Mereka merasa sebagai satu kesatuan dengan lingkungan mereka. Mereka mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan dan menambahkan perhatian pada keadilan jender untuk memastikan bahwa semua suara terdengar dan semua orang merasa menjadi bagian dari proses yang sedang berlangsung.

Hangatnya kebersamaan seperti ilustrasi diatas inilah yang menjadi mimpi kita bersama dalam kehidupan, utamanya di sebuah perkampungan yang kita diami. Nuansa kebersamaan siapapun pasti sangat membutuhkan. Apalagi bagi komunitas yang sudah memiliki kelompok yang telah mereka bangun bersama. Seperti PAMAN (Paguyuban Mandiri), di dusun Karangtengah Desa Garu, yang saat ini menjadi satu-satunya organisasi yang dibangun dari bawah oleh warga dimana mereka bisa memastikan setiap orang yang menjadi anggotanya dapat bersuara dan suaranya akan terdengar oleh yang lain dalam setiap pengambilan keputusan apapun menyangkut mereka.

Kebersamaan itulah modalnya. Apapun akan dapat diwujudkan dengan kekuatan itu. Dan jika dilihat dari sejarahnya sejak Agustus 2008 PAMAN didirikan. Ini berarti sudah setahun organisasi komunitas ini eksis. Usia ini memang masih belia untuk dikatakan sebagai organisasi komunitas yang benar-benar mandiri atau mapan yang dapat mensejahterakan seluruh anggotanya. Namun demikian diakui banyak hal yang dapat dijadikan proses pembelajaran bersama dalam pengelolaan dan kemajuan PAMAN kedepan.

Dari yang tidak sedikit itu salah satunya adalah pendirian koperasi yang berbasis anggota yang juga sudah berjalan hampir setahun. Koperasi yang diberi nama Langgeng ini didirikan sebagai wadah bersama untuk memperkuat ekonomi anggota. Seluruh anggota PAMAN juga menjadi anggota koperasi Langgeng. Sehingga kegiatan ekonomi dipusatkan di wadah koperasi ini dan PAMAN menjadi organisasi yang ditujukan untuk melakukan pemberdayaan dan upaya-upaya advokasinya.

Dari sisi anggotanya, yang menjadi anggota PAMAN dan Langgeng adalah para petani desa yang berlahan sempit. Sehingga inisiatif untuk meningkatkan pendapatan pertaniannyapun mereka lakukan seperti bertanam padi dengan pertanian organik. Caranya, mereka membuat demplot sebagai lahan percontohan pertanian dengan sistim organik. Lahan yang digunakan praktek organik ini berasal dari lahan anggotam dan hasilnya bisa dirasakan oleh penggarap dan PAMAN secara organisasi.

Saat ini mereka sedang menyepakati kegiatan Arisan dan Dana Sosial sebagai salah satu jalan untuk semakin mempererat komunikasi antar anggota. Tidak lain tujuan akhirnya adalah untuk meraih cita-cita bersama. Bagi mereka yang sudah memiliki organisasi yang kuat, lengkah kecil yang menjadi inisiatif PAMAN ini mungkin tidak berarti. Tapi bagi yang lain, akan menjadi “virus yang baik” dan bisa di duplikasi ditempat lain dalam menjaga mimpi-mimpi mereka untuk tetap memiliki kebersamaan.

Kegiatan arisan dan dana sosial akhirnya menjadi pintu pembuka untuk semakin mempererat hubungan setiap anggotanya. Mereka yang dapat arisan secara otomatis akan di tempati pertemuan rutinan yang mereka adakan setiap bulan sekali dan dana arisan yang diperolehnya dapat digunakan untuk “ubo rampe” nya.

Berbeda dengan arisan yang disepakati nominal uangnya, dana sosial ini jumlahnya tidak ditentukan. Secara sukarela saja anggota memberikan sumbangannya. Dana sosial yang dihimpun dan bersumber dari iuran anggota perkumpulan ini sebagian akan digunakan untuk mensupport kegiatan PAMAN dan sebagian lainnya untuk membangun solidaritas ketika anggota PAMAN sedang mengalami musibah atau kebutuhan lainnya.

Belajar dari pengalaman PAMAN tersebut, sesungguhnya inilah inti salah satu gerakan sosial yang paling mengakar ke bawah. Dimana setiap orang memiliki hak dan kwajiban yang sama sekaligus memiliki kebebasan yang ”diikat” oleh kesepakatan sebagai aturan mainnya. Dalam arti ini, kebersamaan menjadi hal yang sangat mendasar bagi semua. Hanya melalui proses ini mereka dapat (1) dapat sungguh-sungguh merefleksikan keinginan dari gerakan secara menyeluruh dan (2) memastikan setiap orang merasa bahwa suara mereka ada dan terdengar, lalu (3) bersedia untuk melanjutkan keputusan kelompok meskipun itu bisa saja bukan merupakan pilihan pertama mereka.

Tentu saja, tak ada model sederhana yang dapat begitu saja ditiru dan diterapkan dalam realitas yang berbeda. Konsep demikian sama saja dengan sistem hirarki yang justru ingin kita perbaiki. Proses ini haruslah berjalan secara kreatif dan kolaboratif. Semua orang harus bersedia mendengar dan bekerja sama. Membahas berbagai soal dan membangun ruang bersama yang berakar pada keyakinan dan cinta, bukannya ketakutan. Ini semua dapat dilakukan tanpa dana besar yang diperlukan untuk membangun organisasi yang sehat.


Read More..

Senin, 11 Mei 2009

KESEHATAN, MASIHKAH BERPIHAK PADA SI MISKIN?

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pemerintah melalui APBD maupun APBN telah memberikan program yang ditujukan untuk rakyat miskin. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilakukan antara lain pemberian BLT, PNPM, Program Keluarga Harapan, dan dalam bidang kesehatan adalah JAMKESMAS. Akan tetapi apakah semua program tersebut benar-benar bisa membantu masyarakat ataukah hanya sebagai hiasan dan pemanis agar masyarakat bersimpatik pada pemerintah.
Semiwati, warga Desa Jekek Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk adalah pasien yang menggunakan SKTM (surat keterangan miskin) dari desa. Karena pasien tersebut adalah termasuk warga miskin seharusnya dia berhak untuk mendapatkan pelayanan secara cuma-cuma. Tetapi kenyataannya selama menjalani proses penanganan di rumah sakit keluarga pasien harus mengeluarkan biaya terlebih dahulu guna membayar darah dari PMI yang berjumlah 4 bungkus senilai Rp.940.00,-. Aturannya PMI harus mengembalikan uang dari pasien karena keluarga tersebut jelas dari keluarga miskin. Namun dalam prosesnya PMI tidak mau mengganti biaya tersebut sebelum ada rekomendasi dari dinkes. Setelah semiwati berhasil mendapatkan rekomendasi dari pihak dinkes ternyata PMI belum juga memberikan uang ganti talang yang dikeluarkan oleh keluarga pasien dengan alasan kontrak dengan pihak rumah sakit dimana korban dirawat (RSUD Kertosono) belum diperpanjang/diperbahurui. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya sumiati bisa menerima kembali biaya yang telah dikeluarkan tersebut.

M. Dhori, salah seorang anggota DKR (Dewan Kesehatan Rakyat) Kabupaten Nganjuk yang telah mendampingi keluarga sumiati mengatakan bahwa perlu usaha yang ekstra agar kita terutama masyarakat miski bisa mendapatkan hak kita untuk bisa menikmati pelayanan kesehatan yang layak, meskipun pemerintah telah memberikan berbagai program pelayanan bagi rakyat miskin. “Tanpa adanya perjuangan dan keberanian mustahil kita bisa mendapatkan itu semua dengan gratis” lanjutnya

Selain buruknya manajemen dan system administrasi tersebut, aparat pemerintah terutama yang memiliki akses terdekat dengan masyarakat yang dalam hal ini adalah pemerintah desa juga seringkali mempersulit masyarakat untuk bisa mendapatkan layanan kesehatan secara gratis. Pemberian SKTM maupun JAMKESMAS yang tidak merata dan kurang tepat sasaran menyebabkan masyarakat yang seharusnya bisa menikmati layanan ini malah tidak mendapatkannya.



Ahmad Robin, warga Desa Garu Kecamatan Baron adalah keluarga miskin yang anaknya harus dirawat di rumah dakit akibat penyakit step. Selama ini keluarga tersebut belum masuk dan terdaftar sebagai keluarga miskin yang berhak mendapatkan JAMKESMAS. Dengan berbagai upaya yang dilakukan akhirnya dia bisa mendapatkan SKTM dari pihak desa setempat. “Saya ini rakyat miskin yang seharusnya bisa menikmati layanan dari pemerintah tetapi mengapa malah pemerintah sendiri yang mempersulit saya untuk bisa mendapatkan semuanya, alhamdulillah berkat bantuan teman teman dari Paguyuban Mandiri beban saya bisa menjadi ringan” ungkap Ahmad Robin.



Dari sini terlihat bahwa secara de yure pemerintah telah memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat terutama masyarakat miskin. Tetapi secara de facto apa yang telah dilakukan pemerintah?. Perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat miskin masih sangat kurang, terbukti dengan buruknya manajemen yang dijalankan oleh pemerintah dalam menjalankan program-programnya. Belum lagi pelayanan dari tenaga kesehatan yang kurang berpihak pada masyarakat miskin

. Read More..

Kamis, 26 Maret 2009

KISAH SUKSES PAMAN MEMBANGUN USAHA


(Nganjuk-Punden) Desa Garu terletak di Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. Seperti desa pada umunya, penduduknya menghabiskan waktu di sawah sebagai petani. Kalau musim tanam sudah selesai, mereka kerja serabutan. Ada yang beternak ada yang berdagang untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya. Namun, ada beberapa warganya yang tidak tinggal diam untuk terus meningkatkan kesejahteraannya. Mereka tergabung dalam Paguyuban Mandiri dan Koperasi Langgeng.

Awalnya, memang hanya sedikit orang yang terlibat dalam Paman, dan waktu itu Koperasi Langgeng belum berdiri. Dalam setiap pertemuan, mereka membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapi. Untuk memperkuat paguyuban, anggota diwajibkan untuk membayar arisan, sebesar Rp. 1000 per bulannya. Setelah hampir 5 bulan berjalan, arisan ini dirasa perlu untuk ditingkatkan dan dimaksimalkan. Mereka memutuskan untuk membuat koperasi, dan diberi nama Langgeng. Ada simpanan pokok, ada simpanan wajib dan ada simpanan sukarela. Uang yang terkumpul dikelola untuk dana pinjaman ke anggota.

Koperasi Langgeng sudah mampu berjalan dengan baik dan dirasakan betul manfaatnya bagi anggota. Sehingga, hal ini menarik keinginan warga desa setempat untuk masuk menjadi anggota paguyuban dan koperasi. Bahkan ada anggota yang berdomisili di desa lain. Saat ini, anggotanya mencapai 25 orang dan setiap bulan bertemu setiap tanggal 10 di rumah anggota secara bergilir.

Maro Sawah Bersama dengan Sistem Organik
Keberhasilan Koperasi Langgeng sebagai organisasi ekonomi ini kemudian menjadi inspirasi anggota paguyuban sebagai organisasi aksinya. Paguyuban merancang usaha baru, bertani secara kelompok dengan menggunakan metode organik. Memang ini tidak gambang dilakukan karena kebiasaan petani di desa yang bertani secara individu, bukan bertani secara kelompok. Namun, ada kader paguyuban yang meyakinkan anggota bahwa pola pertanian kita yang individualis dan bergantung sama pupuk kimia harus dirubah. “Saya tertarik untuk melakukan usaha pertanian organik secara kelompok, setelah saya mendapat ilmu dari kunjungan ke Mitra Tani Jogjakarta”, kata Sukardi yang menjadi penanggung jawab usaha sawah organik.

Secara teknis, paguyuban menanggung semua keperluan dari penanaman padi. Bibitnya membramo yang didapat dari penduduk setempat, bukan benih pabrikan yang dijual di toko-toko. Luas area sawah 100 m persegi itu sekarang tinggal nunggu panen. Melihat buliran padi, para anggota optimis hasilnya akan melebihi dari pertanian padi biasanya. Apalagi penggunaan pupuk yang 80 % dari pupuk organik buatan paguyuban sendiri, tidak menyedot pengeluaran atau ongkos produksi.

Dalam pembicaraan sebelumnya, pembagiannya hasil ini adalah pihak pemilik tanah hanya menyediakan lahan, sementara pihak paguyuban menggarap dan menanggung semua biaya produksi. Setelah panen, hasilnya akan dipotong 30% untuk pemilik lahan dan 70 % diberikan kepada paguyuban. Sukardi sebagai penangung jawab usaha sawah ini akan mendapat hasil dari 70 % tersebut, walaupun belum disepakati besarnya berapa.

Hasil padi membramo ini nantinya tidak akan dijual ke pasar, tetapi padinya akan dijadikan bibit baru bagi anggota. Karena kualitasnya yang bagus dan tidak banyak unsur kimia, hasil panen ini sebagai penanda dimulainya Dewi Sri alias kemakmuran turun di Desa Garu. Anggota-anggota yang lain akan didorong untuk menggunakan bibit hasil panen perdana ini sekaligus menggerakan pertanian yang berkelanjutan, tidak bergantung kepada produk pabrikan, baik bibit, pupuk maupun pestisidanya.

Pengalaman maro sawah secara kelompok ini adalah keberhasilan yang bisa menjadi semangat baru setelah warga desanya tidak lagi kesulitan mendapat pinjaman dengan adanya koperasi. Setelah maro sawah ini, apalagi yang akan digagas oleh paguyuban mandiri dan koperasi langgeng? Kita tunggu saja. Semoga kisah sukses puluhan warga Garu yang berkumpul dalam paguyuban dan koperasi ini bisa menjadi inspirasi warga desa lain untuk membangun usaha bersama.

DESA GARU, ANTARA DULU DAN SEKARANG
Dulu Sekarang
Tidak ada lembaga ekonomi komunitas yang dapat menyediakan pinjaman uang Ada koperasi Langgeng yang menyediakan pinjaman
Tidak ada penambahan income karena usaha yang dilakukan hanya pertanian pada umumnya. Dan banyak lahan pekarangan yang tidak dimanfaatkan Mendapat informasi penanaman rosela, dan dimanfaatkan sebagai pertanian alternatif di lahan pekarangan rumah yang sebelumnya tidak dikelola.
Mereka juga mengelola sawah bersama dan sudah akan panen perdana
Tidak ada bantuan dari orang lain berupa pendidikan maupun permodalan Didukung organisasi lain di luar desa sebagai peserta pendidikan perkoperasian, manajemen kelompok, pendidikan kader. Mendapat bantuan modal dari individu maupun lembaga koperasi
Tidak ada dinas pemerintah yang memberikan pembinaan dan perhatian Dinas Pemerintah Nganjuk memberikan pembinaan tentang koperasi
Pertanian yang bergantung pupuk kimia, harganya mahal kadang sulit mencari Anggota paman sudah punya pengetahuan dan ketrampilan membuat pupuk organik


Read More..

Kader Desa Menggapai Mimpi


Organisasi adalah pilar kehidupan. Di Desa Garu Kecamatan Baron Kabupate Nganjuk, organisasi desa membuktikan kemampuannya dengan cara memberi manfaat anggota. Cita-citanya sangat tinggi, sebagai sebuah organisasi masyarakat, Paguyuban Mandiri (PAMAN) yang dibentuk bertujuan meningkatkan kesejahteraan warga, menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat. Tekatnya kuat, menjadi mandiri di desanya sendiri.

Tanggal 25 Agustus 2008 merupakan hari bersejarah bagi kelompok PAMAN, hari itu beriringan dengan HUT RI, organisasi dideklaraikan. Rona bahagia terpancar dari puluhan anggota yang hendak merayakaannya. Tidak terkecuali bagi Masykur, 39 tahun, salah satu warga yang menjadi kader Paguyuban Mandiri di dusun tersebut.

Masykur adalah salah satu dari sekumpulan warga yang menggantungkan cita-citanya setinggi langit. Hanya dengan jalan berkumpul mereka yakin akan menjadi sejahtera. “Kami dulu mendeklarasikan kebersamaan kami dalam paguyuban. Perayaan yang besar bagi sebuah paguyuban karena dihadiri oleh kyai besar yaitu Gus Sholah dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Kedepan bagaimana paguyuban ini nanti bisa memberikan banyak manfaat bagi warga,” kata Masykur penuh semangat yang sekarang menjadi ketua paguyuban.

Hebatnya, keberadaan paguyuban mampu mendorong warga desa dengan gagasanya untuk lebih maju. “Tidak disangka, warga yang dulu acuh dengan kondisi lingkungannya, sekarang menjadi lebih berani dan peduli. Salah satu contoh, munculnya Ketua Paguyuban, Masykur, yang tampil dalam bursa calon legislatif untuk daerah pilihan Baron dan Ngronggot,” ujar Sholekan, sesepuh desa yang sering dipanggil Mbah Kan.

Kemajuan kelompok bisa dilihat dari jumlah anggota, pada saat pertama kali dibentuk diikuti sekitar 12 orang, dan sekarang bertambah menjadi 40orang. “PAMAN merupakan organisasi perempuan pertama di Kecamatan Baron yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan pertanian dan ekonomi warga. Untuk mencapai hal tersebut, paguyuban melakukan kegiatan-kegiatan seperti mengembangkan lembaga ekonomi berupa koperasi yang bernama Langgeng. Membuat dan melatih pupuk organik. Mengumpulkan dana sosial untuk warga jompo, yatim dan tidak mampu secara rutin setiap bulan. Beternak kambing dan sapi yang semuanya memberikan manfaat bagi anggota ,” kata Sukardi, selaku sekretaris paguyuban.

Orang Desa Bisa Jadi Pemimpin
Pekerjaan selanjutnya yang tidak boleh dilupakan, jangan sampai organisasi di dusun/desa hanya sebagai penonton. Karena apapun masalahnya, tidak bisa lepas dari sebuah kebijakan pemerintah desa dan kebupaten. Maka, yang harus dilakukan adalah organisasi masyarakat harus terlibat dalam menentukan kebijakan di tingkat desa. “Bukan jabatannya yang membuat saya tertarik, namun ada keinginan yang lebih besar untuk menjadikan desa-desa sebagai tempat tinggal yang nyaman dan memberi kemakmuran bagi warganya. Dimana para pejabat mau mengerti keinginan warga, memperhatikan kebutuhannya dan mendengar segala keluh kesahnya,” kata Masykur yang sebentar lagi bertarung dalam Pemilu.

Yang utama bahwa, dengan menjadi legislatif secara otomatis akan lebih mudah untuk membuat kebijakan pemerintah lebih mementingkan warga. “Selama ini kita tidak tahu apa-apa tentang program pemerintah. Majunya saya sebagai calon legislatif ini semata-mata agar masyarakat dekat dengan pusat pemerintahan. Selama ini, legislatif tidak selalu liupa daratan juka sudah terpilih. Mungkin disebabkan mereka sebelumnya tidak mengenyam organisasi yang betul-betul memperjuangkan rakyat. Sehingga tidak tahu susahnya mencari pinjaman kalau hidup di desa. Untuk ke depan diharapkan hal itu tidak akan terjadi, bahwa legislatif harus memihak rakyat,” ujarnya.

Sikap optimis ini didukung oleh anggota PAMAN yang lain. “ Kita harus memilih orang yang sudah jelas-jelas memperjuangkan hak-hak rakyat. Dan yang lebih penting dia Jujur. Kita tidak mungkin memilih orang yang jauh dan tidak kenal. Lebih baik kader sendiri yang kita usung untuk menjadi calon legislatif. Toh kalau menang, dia pasti berjuang untuk kita, “ kata siapa

Akan sangat membanggakan bila keberadaan satu kelompok kecil di desa mampu memberdayakan diri dengan mengelola segala sumber daya secara mandiri. Upaya berdikari telah coba dilakukan oleh para anggota PAMAN yang bercita-cita merdeka dalam segala bidang, politik, sosial dan ekonomi. Yang pada akhirnya nanti mampu melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan yang selama ini masih tumbuh subur. Seperti, monopoli pemodal dan kebijakan harga produksi pertanian yang tidak berpihak kepada petani, dan kelangkaan pupuk. Perjuangan PAMAN sedang dimulai. Semoga berhasil. Amin.
Read More..

Pelatihan Organik Mengupayakan Kesehatan Lingkungan


SEJARAH pertanian oganik sudah sejak lama kita kenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi, penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.

Namun peningkatan pemenuhan pangan tersebut menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan dan petani. Tidak bisa dipungkiri lagi jika saat ini kondisi tanah, air, udara yang menjadi sumber kehidupan kita mulai tercemar. Tanah, sebagai alat produksi utama bagi petani juga semakin menurun tingkat kesuburannya karena banyaknya kandungan zat kimia yang digunakan. Dampaknya tanah menjadi tidak subur dan petani semakin tergantung terhadap pupuk maupun pestisida pabrikan yang banyak mengandung zat kimia. Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian bahan-bahan tersebut, ini berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan kimia tersebut.

Pemahaman akan bahaya bahan kimia dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (kembali ke alam). Pertanian organik di artikan sebagai sistem produksi pertanian yang menyeluruh dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, lingkungan yang sehat berkualitas, dan berkelanjutan.

Hal inilah yang mendorong PUNDEN (Perkumpulan Desa Mandiri) melakukan pelatihan pertanian organik yang diadakan pada tanggal 15 November 2008 di dusun Karang Tengah Desa Garu. Pelatihan ini merupakan tidak lanjut dari pengiriman delegasi dan studi banding ke Yogyakarta beberapa waktu yang lalu.

Dalam pelatihan yang berlangsung mulai pukul 12 siang ini dihadiri oleh 15 orang perwakilan dari organisasi komunitas yang tersebar di empat kecamatan di kabupaten Nganjuk. Tidak lebih dari 8 oganisasi yang menghadiri kegiatan ini. Diantaranya adalah Paguyuban Mandiri, Komunitas Ngronggot, Ikatan Pemuda Malangsari, Komunitas Keramat Katerban, Koperasi Kumandang, KPRM Tegalrejo, organisasi pemuda cerme dan karangtaruna desa banjaranyar.

Memperagakan alat Test
Pelatihan yang difasilitasi oleh Sukardi dan M.Hasyim (Lakspedam NU Jombang) lebih banyak mengulas tentang kondisi tanah (unsur hara dalam tanah) dan pupuk yang selama ini berkembang dan banyak digunakan oleh petani. Dengan menggunakan alat tes yang dibuat sendiri dapat diketahui apakah pupuk kimia dengan jenis urea, TSP maupun ZA tersebut asli atau sudah bercampur dengan bahan lain.

“Nasib petani saat ini sudah semakin parah. Disatu sisi harga jual dan biaya produksi selalu tidak seimbang, tapi disisi yang lain petani juga tidak bisa melepaskan ketergantungannya terhadap pupuk dan pestisida kimia yang banyak dibuat oleh pabrik. Sehingga petani jadi tergantung dan tidak berdaya”, ujar Sukardi dalam pemaparan materinya. “Untuk itu dibutuhkan kesadaran petani untuk merubah kebiasaanya agar biaya produksi petani bisa terjangkau dan hasilnya bagus bisa dibeli dengan layak dengan cara beralih ke pertanian secara organik.Seperti makhluk hidup lainnya, tanah juga memiliki sifat fisik yang rentan terhadap factor-faktor lingkungan. Sehingga dalam jangka waktu tertentu kualitas tanah yang digunakan untuk pertanian semakin menurun kaualitasnya yang berpengaruh pada hasil produksinya. tambahnya.

Sejalan dengan itu, Hasyim kemudian mengilustrasikan bahwa lahan yang terlalu banyak menggunakan bahan kimia akan menimbulkan kerusakan tanah. “Tanah akan menjadi tidak subur lagi dan semakin membutuhkan bahan kimia yang terus meningkat. Akibatnya biaya produksi jadi semakin tinggi sehingga petani tidak bisa mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya. Untuk itu, petani harus mulai merubah pola pikir dalam perspektif yang lebih ramah lingkungan sehingga petani dapat menjadi sahabat yang arif bagi tanah dan lingkungan hidup”.

“Apa yang harus dilakukan petani”, tanya Sudiono. Sebelum menjawab persoalan tersebut peserta diajak melihat apakah benar tanah di lahan memang sudah tidak subur lagi. Dengan cara mengetest unsure haranya. Hasilnya unsure hara yang ada didalam tanah yang mengandung bahan kimia lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang tidak banyak mengandung bahan kimia.Artinya tanah yang kandungan kimianya sedikit itu unsur haranya lebih bagus sehingga lebih subur untuk ditanami.

Kemudian dilanjukan dengan memperagakan cara mengetes pupuk urea, ZA, TSP apakah mengandung campuran atau tidak. Karena akhir-akhir ini banyak pupuk yang dicampur dengan garam. Untuk itu ada cara yang bisa kita lakukan sendiri untuk dapat mengetahuinya. Caranya dengan alat test yang dibuat sendiri ini, pupuk dicampur dengan air kemudian dihubungkan dengan alat test. Jika pupuk tersebut mengandung campuran maka nyala lampu akan lebih gelap. Begitu pula sebaliknya.

Menurut Imam Wahyudin, peserta yang saat itu kelihatan bersemangat mengikuti pelatihan, “pelatihan seperti ini sangat berguna bagi petani karena selama ini kita tidak tahu pupuk yang kita beli ini palsu atau tidak. Kita juga jadi lebih mengerti kondisi tanah kita. Manfaatnya kita jadi lebih bisa menentukan dengan kondisi tanah tertentu kira-kira tanaman apa yang paling cocok”. Manfaat adanya pelatihan ini juga dirasakan oleh Mulyo yang hadir mewailiki komunitas Keramat, menurutnya banyak bahan yang sebenarnya telah tersedia di sekitar kita yang bisa dijadikan untuk membuat pupuk organik sendiri agar petani tidak semakin tergantung pada pupuk kimia yang dibuat pabrik..


Alat dan Bahan:
1. puk pabrikan. Za, urea. TSP, ponska,
2. berbagai jenis tanah
3. air mineral,air sumur,air gula
4. tanah kompos, tanah sawah tanah campur amina (molasses)
5. alat pendeteksi untuk mengukur kandungan mineral

Prinsip kerja
1. semua bahan ditaruh didalam gelas bening dan dicampur dengan air. Setelah bahan dimasukkan dalam gelas plastic bening, alat uji tes untuk melihat asli atau tidak.
2. ada tujuh uji coba yang dilakukan..
3. untuk melihat pupuk mengandung campuran atau tidak bisa dilihat dari terang dan gelapnya lampu yang menjadi alat test

Rencana Tindak Lanjut
Karena keterbatasan waktu, pelatihan yang sedianya juga akan membahas pembuatan pupuk organik ini akhirnya disepakati akan dilakukan dilain kesempatan dengan agenda yang berbeda. Sehingga pelatihan yang diikuti oleh berbagai komunitas ini menghasilkan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang akan dilakukan secara bertahap di masing-masing komunitas. Adapun rencana tidak lanjut yang disepakati adalah:
1. dilakukan pelatihan yang sama dikelompok-kelompok yang lain
2. pelatihan membuat mikro organisme dan pupuk norganik
3. pelathan membuat pestisida alami
4. membuat demplot pertanian organik.

Read More..

PAMAN DAN KOPERASI LANGGENG DEKLARASI


Sejak pagi hari, di bekas SD Karang Tengah Garu mulai rame dikunjungi orang. Anak-anak sibuk berlomba mewarnai. Siang harinya, pengumuman lomba diumumkan. Suasana menjadi sepi kembali sampai akhirnya, sore hari satu dua orang memadati kembali lokasi SD tersebut. Karena malamnya adalah acara inti yang akan digelar. Hari itu adalah hari deklarasi Paguyuban Mandiri (PAMAN) dan Koperasi Langeng yang dikemas dalam pagelaran seni dan orasi budaya. Tidak tanggung-tanggung, yang menghadiri adalah kyai pro rakyat dari Pondok Tebuireng Jombang KH. Sholahuddin Wahid. Dan juga wakil Bupati kabupaten Nganjuk.

Mengawali pembukaan acara, berbagai kreasi ditampilkan. Anak-anak menari dengan berbagai macam ekspresi dan gaya. Tidak ketinggalan ibu-ibu mulai memadati arena deklarasi. Acara kemudian diisi sambutan-sambutan, dari panitia, hingga wakil bupati yang didengarkan kurang lebih seribu orang yang terdiri dari ibu-ibu, hingga anaka-anak. Kegiatan ini adalah rangkaian panjang dari acara deklarasi, karena hari sebelumnya dilakukan lomba-lomba anak-anak dan untuk umum yakni loba jalan sehat..

Siapa sebenarnya Paman? Dalam sebuah perbincangan singkat, salah satu kader Paman mengatakan berkumpulnya individu-individu dalam sebuah kelompok memunculkan semangat yang lebih kuat. Inilah yang kemudian mendasari berdirinya PAMAN dan Koperasi Langgeng. Saat ini anggota Paman massih dilingkup dusun Karang Tengah, walaupun ada juga anggotanya dari dusun sebelah. Kegiatan yang dilakukan PAMAN sudah terencana dengan baik. Karena mereka melakukan pertemun rutin sebagai media berkumpul bulanan. Dalam pertemuan bulanan inilah Koperasi Langgeng digerakkan. Anggota-anggotanya melakukan proses simpan pinjam. Kegiatan PAMAN ini sudah berjalan hampir 7 bulan yang lalu.

Malam itu acara deklarasi meriah. Selain dihadiri banyak orang, acara ini terasa istimewa karena juga dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat juga datang misalnya Pak Camat, perwakilan Dinas Kesbanglinmas, Wakil Bupati, Kepala Desa. Dalam sambutannya, Wakil Bupati mengatakan, ”paguyuban itu dekat dengan budaya patembayan dimana budaya yang mengedepankan gotong royong. Maka, dengan dideklarasikannya Paguyuban Mandiri ini semoga bisa menghidupkan lagi pembangunan desa dan kegotong royongan warga. Selamat atas berdirinya PAMAN”. Sambutan wakil bupati ini merupakan pembacaaan naskah yang dikirim Bupati Nganjuk yang sedianya hadir, tetapi diakhir-akhir acara tidak bisa datang dan digantikan wakilnya.

Puncak dari acara ini adalah ketika KH. Sholahuddin Wahid menuju mimbar panggung deklarasi. Dalam pidatonya, Kyai yang lebih akrab dipanggil Gus Sholah ini mengatakan: ”ibadah itu tidak hanya ubudiyah, tetapi juga amaliyah. Sehingga, walaupun orang berhaji, sholat wajib, teteapi perilakunya koruposi, ya tetap saja dosa. Semoga pemimpin kita tidak korupsi, membela rakyat seperti kita ini. Amin.”

Selain itu, Gus Sholah juga menjabarkan kesholehan seseorang. Kesholehan itu dibagi dalam beberapa tingkat. Soleh secara agama, soleh terhadap alam, soleh secara sosial, dan soleh secara proforesional. Gus Sola menjelaskan: “Kalau secara agama ya harus melakukan kewajiban agama. Soleh terhadap alam ya harus cinta sama lingkungan. Soleh secara sosial ya harus baik-baik dengan tetangga. Dan yang terakhir soleh secara profesional itu terjadi dalam orang-orang yang berprofesi. Misalnya, bupati ya harus memihak rakyatnya, bukan membohongi rakyatnya, polisi yang tidak boleh diskriminatif.”

Secara khusus Gus Sholah mendukung upaya rakyat untuk membentu organisasi seperti PAMAN. Menurutunya keberadaan organisasi dalam Islam sangat penting.
”Jika satu orang dirugikan, dia tidak bisa kuat dalam berjuang. Tetapi kalau orang banyak yang dirugikan dan berkumpul dalam organisasi mereka akan kuat. Mereka bisa efektif dalam memperjuangkan kesejahteraannya.
Hal ini saperti yang terjadi dalam pedagang pasar. Pedagang pasar adalah kelompok masyarakat yang sering kali mengalami ketidakadilan. Pasarnya di bakar, mereka digusur. Akhirnya tidka bia berjualan lagi. Maka, mereka saya dorong untuk membuat organisasi bersama yang bernama Federasi Pedagang Pasar Indonesia. Dengan organisasi mereka harus berjuang. Saya kira sudah tepat apa yang dilakukan Paguyuban Mandiri dan Koperasi Langgeng untuk meraih kesejahteraannya. Mari kita dukung bersama. Dan mungkin kita bisa kerjasama dikelak kemudian hari, karena saya sedang mengelola lahan pondok pesantren Tebuireng dikelola secara organik, tanpa pupuk dan pestisida kimia.”

Acara malam itu tidak terasa sudah larut ketika Gus Sholah selesai menutup pidatonya dengan diiringi doa. Namun, dibenak yang hadir, ada harapan untuk merubah nasib dari mendengarkan apa yang disampaikan kyai Jombang tersebut. Rasanya, sudah lama kita tidak mendengarkan kyai yang berbicara secara tegas dan kongkrit dalam membela umatnya yang belum sejahtera.

Dan kita menjadi ingat, deklarasi Paman yang dilaksanakan ini bertepatan juag di bulan Agustus. Hari dimana 63 tahun yang lalu, Ir Sukarno dan M. Hatta yang mewakili bangsa ini dalam deklarasi Proklamasi Republik Indonesia. Selamat atas deklarasinya Paguyuban Mandiri dan Koperasi Langgeng. Semoga dapat menjadi contoh bagi umat lain dalam memperjuangkan cita-citanya.


Read More..

PAGUYUBAN MANDIRI PERSIAPKAN DEKLARASI

Salah satu tujuan berdirinya bangsa ini oleh founding father dan para pejuang rakyat adalah tercapainya tatanan masyarakat yang berkeadilan dan kemakmuran. Hal ini telah menjadi sebuah konstitusi yang harus diwujudkan negara terhadap seluruh rakyatnya, siapapun pemimpinnya. Tidak lama lagi bangsa ini akan merayakan kemerdekaannya yang ke 63 tahun, artinya sebenarnya bangsa ini sudah memiliki cukup waktu untuk mewujudkan cita-cita di atas yaitu sebuah kondisi Negara yang kaya-raya akan sumber daya alam baik laut, darat, maupun udara.

Akan tetapi lebih dari setengah abad bangsa ini merdeka masih jauh dari cita-cita luhur alias mandek. Mahalnya bahan-bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari sehingga berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat ditambah biaya kesehatan dan pendidikan yang begitu mahal. Padahal seharusnya ini menjadi tanggung jawab Negara, sehingga bangsa ini seolah masih dalam masa penjajahan, sebuah penjajahan gaya baru berupa NEOLIBERALISME. Komitmen dari sebuah upaya perjuangan menuju 'MERDEKA' adalah terpenuhinya hak-hak sosial, ekonomi, adil secara hukum, sejahtera secara ekonomi serta pelaksanaan kehidupan dan budaya yang partisipatorik.

Akan tetapi selama 3 ORDE kepemimpinan (orde lama, orde baru,dan orde reformasi) nasib rakyat dan bangsa tak kunjung berubah, dan masih terkungkung oleh persoalan-persoalan yang mendasar seperti harga hasil pertanian yang tidak berpihak pada petani, upah buruh yang rendah, mahal nya biaya kesehatan dan pendidikan, hak-hak sosial politik serta ketimpangan sosial lainnya.
Berangkat dari situasi inilah sekelompok orang yang biasanya jagongan di pos ronda sebagai pelepas penat setelah seharian beraktivitas berusaha menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dengan mengadakan sebuah pertemuan yang membahas berbagai persoalan yang ada terutama masalah pertanian karena mayoritas dari mereka adalah petani dan buruh tani.

Pada pertemuan pertama yang dilaksanakan tanggal 8 maret 2008 di rumah M. Djali yang kebetulan juga sebagai koordinator penguatan organisasi rakyat di Perkumpulan Desa Mandiri (PUNDEN) ini masih terasa kaku. Namun setelah bereksplorasi bersama dan mencoba merumuskan persoalan yang dihadapi muncul keinginan untuk mendirikan sebuah paguyuban dengan tujuan melakukan usaha bersama di bidang ekonomi, meningkatkan nilai persatuan, kebersamaan, kegotong-royongan antar warga. Akhirnya paguyuban ini diberi nama PAGUYUBAN MANDIRI atau disingkat dengan PAMAN.

Pada pertemuan itu sekaligus dibahas mengenai kegiatan PAMAN antara lain kegiatan simpan pinjam untuk bidang ekonomi, swadaya dan gotong royong membangun sebuah pos ronda untuk bidang sosialnya. Untuk kelanjutannya disepakati pula pertemuan rutin yang jatuh pada tanggal 10 setiap bulannya. Pertemuan ini dimaksudkan untuk membahas persoalan-persoalan lainnya dengan tema yang beragam mengikuti perkembangan Tak hanya itu keberadaan berdirinya paguyuban mandiri ini juga sebagai wadah komunikasi antar warga untuk belajar bersama dan menjalin kerukunan dan persatuan antar warga.
Dalam perjalanan awalnya, keberadaan paguyuban ini juga tidak lepas dari persoalan dan hambatan baik dari dari dalam paguyuban sendiri maupun dari beberapa masyarakat yang menganggap keberadaan paguyuban mandiri sebagai kekuatan melawan pemerintah atau oposisi di desa. Akan tetapi pandangan ini sedikit demi sedikit luntur setelah banyak kegiatan nyata dan terbuka yang di lakukan oleh PAMAN. Seperti pada kelompok atau organisasi lainnya juga di bentuk kepengurusan untuk menjalankan organisasi.
Dalam perjalanannya, PAMAN yang berada di Dusun Karangtengah Desa Garu Kecamatan Baron Nganjuk ini telah mengalami perkembangan dan bermanfaat setidaknya bagi anggota dan lingkungan. Salah satu dari berbagai cita-cita dan harapan kedepan dari paguyuban ini adalah dengan mengembangkan tanaman berbasis ramah lingkungan (pertanian organik). Saat ini PAMAN berupaya melestarikan tanaman serat (gembili, garut, ganyong, polo pendem lainnya) yang sekarang hampir punah.

Pada akhirnya, bertepatan dengan perayaan hari Ulang Tahun Kemerdekaan HUT RI KE 63 dengan tujuan agar keberadaannya ini semakin terbuka dan lebih mempererat ikatan anggota PAMAN bermaksud mendeklarasikan dirinya pada tanggal 25 Agustus 2008. Dalam deklarasi yang akan dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat, ormas, OKP itu, rencananya akan mendatangkan KH. Sholahuddin Wahid dari Ponpes Tebu ireng yang juga mantan anggota Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia). Pembicara lain yang menyampaikan orasi adalah Munasir Huda selaku Koordinator KPA (Konsorsium Pembaharuan Agraria) Jawa Timur yang pernah menjadi tahanan politik di era rezim Orde Baru.

Selain itu juga di adakan berbagai pentas dan seni budaya, lomba mewarnai, bazar, pemutaran film, dan berbagai macam lomba lainnya. Apa yang dilakukan oleh Paguyuban Mandiri ini merupakan simbul dari bentuk kelompok kecil masyarakat yang tentunya harus kita dukung sebagai bentuk kemandirian demi kedaulatan, baik kedaulatan ekonomi, sosial dan budaya dan tentunya akan menjadi contoh bagi masyarakat lain untuk melakukan hal yang sama.

Beberapa kegiatan yang sudah di lakukan oleh Paguyuban Mandiri (PAMAN):

1.gotong royong membuat pos ronda
2.ikut kongres KRJB di Jombang
3.peserta pelatihan kader membangun desa oleh punden
4.pelatihan sablon di Punden
5.pelatihan kewirausahaan oleh kelompok DEKRIT-17 di Badang Ngoro jombang


Di internal paguyuban
-5 kali pertemuan bulanan
-27 kali pertemuan membahas persoalan pengembangan paguyuban
-3 kali rapat perencanaan
-Tahlilan dalam peringatan hari besar keagamaan

Usaha-Usaha yang telah dilakukan dilakukan
- Usaha simpan pinjam
- Usaha Tani Rosela
- Usaha tanaman hias
- Usaha alat-alat dapur
- Sablon
- Usaha bibit buah-buahan dan tanaman tahunan lainnya.
- Usaha bersama dengan Koperasi Seru Mandiri Jombang

Rencana yang akan di lakukan dan masih dalam proses:
-Usaha pertanian Organik secara bersama
-Usaha Pupuk Organik
-Kerjasama dengan berbagai pihak dan kelompok lain di berbagai bidang (sosial budaya, ekonomi dan politik)

Read More..

PAMAN IKUT KONGRES KRJB

Paguyuban Mandiri (PAMAN) Dusun Karang Tengah Desa Garu Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, selama tiga hari berada di Kota Jombang. Mereka datang rombongan untuk menghadiri Kongres II dan Rapat Umum Konsorsium Rakyat Jombang Berdaulat (KRJB) yang dilakukan di Jogoroto mulai tanggal 18-20 Mei 2008. Sebagai peserta peninjau dalam kongres, mereka mendelegasikan anggotanya Musyafa` dan Syahid untuk mengikuti jalannya forum kongres. Selain sebagai peserta PAMAN juga membuka stand untuk menjual produk hasil kelompok.


Menurut Musyafa’, sekalipun dia hadir mewakili PAMAN hanya sebagai peninjau kongres, namun dia mengakui banyak hal baru yang dia dapatkan. “ Nanti akan kami ceritakan kepada teman-teman bahwa kalau kelompok-kelompok di Jombang bisa tergabung seperti dalam KRJB ini. Bisa menentukan wakil mereka sendiri dan yang lebih penting mereka sudah memiliki jaringan dengan komunitas lain. Kedepan seharusnya kami juga bisa berbuat hal yang sama. Jujur saja ini hal baru yang menyemangati kami dan menjadi inspirasi bagi kami yang ada di Nganjuk”.

KRJB merupakan konsorsium yang beranggotakan organisasi-organisasi komunitas dan kelompok-kelompok strategis yang tersebar di wilayah Kabupaten Jombang. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2006 lalu dan kongres ini merupakan Kongres II bagi KRJB. Dalam Kongres ini juga menghadirkan Zawawi Imron yang dikenal sebagai “Si Clurit Emas” budayawan yang selama ini dikenal kritis menyuarakan ketidakadilan bagi kelompok tertindas dan Hendri Saragih, seorang tokoh pejuang petani dari Serikat Petani Indonesia sekaligus Koordinator serikat tani internasional La Via Campesina. Kongres ini juga mengundang para calon bupati Jombang untuk hadir dalam kegiatan. Akan tetapi dari ke empat pasangan calon bupati hanya satu pasangan calon yang hadir.

Disela-sela pameran, Hendry Saragih dan Zawawi Imron menyempatkan mampir ke stand PAMAN dan berdialog dengan beberapa anggota PAMAN yang pada even tersebut mengambil tema “Kemandirian dan Kedaulatan Pangan”. Kegiatan yang diadakan di lapangan Jogoroto Jombang tersebut, selain agenda kongres juga menggelar berbagai acara yang menjadi rangkaian kongres. Diantaranya adalah lomba mewarnai bagi anak-anak usia dibawah enam tahun, jalan sehat dan pasar rakyat yang menyediakan aneka makanan, kerajinan, dan produk lain yang berasal dari komunitas. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh PAMAN sehingga event ini oleh PAMAN dijadikan momentum untuk memperkenalkan dan menjual hasil produksi dari para anggotanya. Mereka membawa, teh merah bunga rosela, kerajinan dapur dari limbah furniture, tanaman apotik hidup, dan tidak ketinggalan beras sebagai hasil pertanian utamanya.

Menurut Agung salah satu anggota PAMAN, kongres KRJB ini dijadikan pembelajaran tentang bagaimana membangun organisasi yang baik dan hubungan antar kelompok kedepan di Nganjuk. Selain itu juga bertujuan untuk melihat keberhasilan dari kelompok-kelompok di Jombang saat ini. “Banyak yang belum kami ketahui bagaimana membangun organisasi yang baik. Untuk itulah kami sangat senang diberi kesempatan bergabung dan mengikuti kongres ini. Selain itu, yang lebih penting bagi kami adalah menimba pengalaman dari kawan-kawan di Jombang tentang bagaimana strategi membangun jaringan antar komunitas”. Kenyataan ini dibenarkan oleh ketua PAMAN, M. Nadjib bahwa hasil-hasil dari kongres ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi organisasi PAMAN sehingga nantinya bisa diterapkan di Kabupaten Nganjuk.

Mereka terlihat lebih bersemangat ketika stand mereka ternyata banyak dikunjungi oleh pengunjung dan membeli dagangannya. Dari raut mukanya mereka kelihatan bertambah semangat. “Bukan dari perolehan uangnya tapi hal ini membuktikan bahwa karya kami sebenarnya juga banyak diminati oleh masyarakat. Dari sekian banyak dagangan yang di pajang rata-rata pengunjung banyak yang berminat dengan cobek yang dibuat dari limbah kayu Glugu. Per bijinya dijual dengan harga Rp. 30.000. Disamping itu juga alat-alat memasak yang juga terbuat dari limbah sehingga bisa dijual dengan murah”. Demikian yang dituturkan oleh Mbah sukardi, penjaga stand yang juga anggota PAMAN.

Menurut beberapa anggota yang lain, belajar dari pengalaman ini, sebenarnya banyak cara yang bisa digunakan sebagai media belajar bagi organisasi untuk membangun orgaisasinya. Diantara sekian banyak cara tersebut adalah dengan melihat lebih dekat aktivitas organisasi lain yang bisa dipetik sebagai proses pembelajaran bersama. Selain dapat mengamati secara langsung prosesnya, juga bisa menambah pengetahuan baru. Tidak hanya teori tapi langsung praktek pada realitas yang terjadi. Dengan begitu akan semakin kaya pengalaman sehingga banyak pula gagasan maupun kreativitas yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi. Begitu pula bagi organisasi PAMAN yang sangat antsusias mengikuti kegiatan KRJB ini.


Read More..