Kamis, 26 Maret 2009
PAMAN IKUT KONGRES KRJB
Paguyuban Mandiri (PAMAN) Dusun Karang Tengah Desa Garu Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, selama tiga hari berada di Kota Jombang. Mereka datang rombongan untuk menghadiri Kongres II dan Rapat Umum Konsorsium Rakyat Jombang Berdaulat (KRJB) yang dilakukan di Jogoroto mulai tanggal 18-20 Mei 2008. Sebagai peserta peninjau dalam kongres, mereka mendelegasikan anggotanya Musyafa` dan Syahid untuk mengikuti jalannya forum kongres. Selain sebagai peserta PAMAN juga membuka stand untuk menjual produk hasil kelompok.
Menurut Musyafa’, sekalipun dia hadir mewakili PAMAN hanya sebagai peninjau kongres, namun dia mengakui banyak hal baru yang dia dapatkan. “ Nanti akan kami ceritakan kepada teman-teman bahwa kalau kelompok-kelompok di Jombang bisa tergabung seperti dalam KRJB ini. Bisa menentukan wakil mereka sendiri dan yang lebih penting mereka sudah memiliki jaringan dengan komunitas lain. Kedepan seharusnya kami juga bisa berbuat hal yang sama. Jujur saja ini hal baru yang menyemangati kami dan menjadi inspirasi bagi kami yang ada di Nganjuk”.
KRJB merupakan konsorsium yang beranggotakan organisasi-organisasi komunitas dan kelompok-kelompok strategis yang tersebar di wilayah Kabupaten Jombang. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2006 lalu dan kongres ini merupakan Kongres II bagi KRJB. Dalam Kongres ini juga menghadirkan Zawawi Imron yang dikenal sebagai “Si Clurit Emas” budayawan yang selama ini dikenal kritis menyuarakan ketidakadilan bagi kelompok tertindas dan Hendri Saragih, seorang tokoh pejuang petani dari Serikat Petani Indonesia sekaligus Koordinator serikat tani internasional La Via Campesina. Kongres ini juga mengundang para calon bupati Jombang untuk hadir dalam kegiatan. Akan tetapi dari ke empat pasangan calon bupati hanya satu pasangan calon yang hadir.
Disela-sela pameran, Hendry Saragih dan Zawawi Imron menyempatkan mampir ke stand PAMAN dan berdialog dengan beberapa anggota PAMAN yang pada even tersebut mengambil tema “Kemandirian dan Kedaulatan Pangan”. Kegiatan yang diadakan di lapangan Jogoroto Jombang tersebut, selain agenda kongres juga menggelar berbagai acara yang menjadi rangkaian kongres. Diantaranya adalah lomba mewarnai bagi anak-anak usia dibawah enam tahun, jalan sehat dan pasar rakyat yang menyediakan aneka makanan, kerajinan, dan produk lain yang berasal dari komunitas. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh PAMAN sehingga event ini oleh PAMAN dijadikan momentum untuk memperkenalkan dan menjual hasil produksi dari para anggotanya. Mereka membawa, teh merah bunga rosela, kerajinan dapur dari limbah furniture, tanaman apotik hidup, dan tidak ketinggalan beras sebagai hasil pertanian utamanya.
Menurut Agung salah satu anggota PAMAN, kongres KRJB ini dijadikan pembelajaran tentang bagaimana membangun organisasi yang baik dan hubungan antar kelompok kedepan di Nganjuk. Selain itu juga bertujuan untuk melihat keberhasilan dari kelompok-kelompok di Jombang saat ini. “Banyak yang belum kami ketahui bagaimana membangun organisasi yang baik. Untuk itulah kami sangat senang diberi kesempatan bergabung dan mengikuti kongres ini. Selain itu, yang lebih penting bagi kami adalah menimba pengalaman dari kawan-kawan di Jombang tentang bagaimana strategi membangun jaringan antar komunitas”. Kenyataan ini dibenarkan oleh ketua PAMAN, M. Nadjib bahwa hasil-hasil dari kongres ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi organisasi PAMAN sehingga nantinya bisa diterapkan di Kabupaten Nganjuk.
Mereka terlihat lebih bersemangat ketika stand mereka ternyata banyak dikunjungi oleh pengunjung dan membeli dagangannya. Dari raut mukanya mereka kelihatan bertambah semangat. “Bukan dari perolehan uangnya tapi hal ini membuktikan bahwa karya kami sebenarnya juga banyak diminati oleh masyarakat. Dari sekian banyak dagangan yang di pajang rata-rata pengunjung banyak yang berminat dengan cobek yang dibuat dari limbah kayu Glugu. Per bijinya dijual dengan harga Rp. 30.000. Disamping itu juga alat-alat memasak yang juga terbuat dari limbah sehingga bisa dijual dengan murah”. Demikian yang dituturkan oleh Mbah sukardi, penjaga stand yang juga anggota PAMAN.
Menurut beberapa anggota yang lain, belajar dari pengalaman ini, sebenarnya banyak cara yang bisa digunakan sebagai media belajar bagi organisasi untuk membangun orgaisasinya. Diantara sekian banyak cara tersebut adalah dengan melihat lebih dekat aktivitas organisasi lain yang bisa dipetik sebagai proses pembelajaran bersama. Selain dapat mengamati secara langsung prosesnya, juga bisa menambah pengetahuan baru. Tidak hanya teori tapi langsung praktek pada realitas yang terjadi. Dengan begitu akan semakin kaya pengalaman sehingga banyak pula gagasan maupun kreativitas yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi. Begitu pula bagi organisasi PAMAN yang sangat antsusias mengikuti kegiatan KRJB ini.
Menurut Musyafa’, sekalipun dia hadir mewakili PAMAN hanya sebagai peninjau kongres, namun dia mengakui banyak hal baru yang dia dapatkan. “ Nanti akan kami ceritakan kepada teman-teman bahwa kalau kelompok-kelompok di Jombang bisa tergabung seperti dalam KRJB ini. Bisa menentukan wakil mereka sendiri dan yang lebih penting mereka sudah memiliki jaringan dengan komunitas lain. Kedepan seharusnya kami juga bisa berbuat hal yang sama. Jujur saja ini hal baru yang menyemangati kami dan menjadi inspirasi bagi kami yang ada di Nganjuk”.
KRJB merupakan konsorsium yang beranggotakan organisasi-organisasi komunitas dan kelompok-kelompok strategis yang tersebar di wilayah Kabupaten Jombang. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2006 lalu dan kongres ini merupakan Kongres II bagi KRJB. Dalam Kongres ini juga menghadirkan Zawawi Imron yang dikenal sebagai “Si Clurit Emas” budayawan yang selama ini dikenal kritis menyuarakan ketidakadilan bagi kelompok tertindas dan Hendri Saragih, seorang tokoh pejuang petani dari Serikat Petani Indonesia sekaligus Koordinator serikat tani internasional La Via Campesina. Kongres ini juga mengundang para calon bupati Jombang untuk hadir dalam kegiatan. Akan tetapi dari ke empat pasangan calon bupati hanya satu pasangan calon yang hadir.
Disela-sela pameran, Hendry Saragih dan Zawawi Imron menyempatkan mampir ke stand PAMAN dan berdialog dengan beberapa anggota PAMAN yang pada even tersebut mengambil tema “Kemandirian dan Kedaulatan Pangan”. Kegiatan yang diadakan di lapangan Jogoroto Jombang tersebut, selain agenda kongres juga menggelar berbagai acara yang menjadi rangkaian kongres. Diantaranya adalah lomba mewarnai bagi anak-anak usia dibawah enam tahun, jalan sehat dan pasar rakyat yang menyediakan aneka makanan, kerajinan, dan produk lain yang berasal dari komunitas. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh PAMAN sehingga event ini oleh PAMAN dijadikan momentum untuk memperkenalkan dan menjual hasil produksi dari para anggotanya. Mereka membawa, teh merah bunga rosela, kerajinan dapur dari limbah furniture, tanaman apotik hidup, dan tidak ketinggalan beras sebagai hasil pertanian utamanya.
Menurut Agung salah satu anggota PAMAN, kongres KRJB ini dijadikan pembelajaran tentang bagaimana membangun organisasi yang baik dan hubungan antar kelompok kedepan di Nganjuk. Selain itu juga bertujuan untuk melihat keberhasilan dari kelompok-kelompok di Jombang saat ini. “Banyak yang belum kami ketahui bagaimana membangun organisasi yang baik. Untuk itulah kami sangat senang diberi kesempatan bergabung dan mengikuti kongres ini. Selain itu, yang lebih penting bagi kami adalah menimba pengalaman dari kawan-kawan di Jombang tentang bagaimana strategi membangun jaringan antar komunitas”. Kenyataan ini dibenarkan oleh ketua PAMAN, M. Nadjib bahwa hasil-hasil dari kongres ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi organisasi PAMAN sehingga nantinya bisa diterapkan di Kabupaten Nganjuk.
Mereka terlihat lebih bersemangat ketika stand mereka ternyata banyak dikunjungi oleh pengunjung dan membeli dagangannya. Dari raut mukanya mereka kelihatan bertambah semangat. “Bukan dari perolehan uangnya tapi hal ini membuktikan bahwa karya kami sebenarnya juga banyak diminati oleh masyarakat. Dari sekian banyak dagangan yang di pajang rata-rata pengunjung banyak yang berminat dengan cobek yang dibuat dari limbah kayu Glugu. Per bijinya dijual dengan harga Rp. 30.000. Disamping itu juga alat-alat memasak yang juga terbuat dari limbah sehingga bisa dijual dengan murah”. Demikian yang dituturkan oleh Mbah sukardi, penjaga stand yang juga anggota PAMAN.
Menurut beberapa anggota yang lain, belajar dari pengalaman ini, sebenarnya banyak cara yang bisa digunakan sebagai media belajar bagi organisasi untuk membangun orgaisasinya. Diantara sekian banyak cara tersebut adalah dengan melihat lebih dekat aktivitas organisasi lain yang bisa dipetik sebagai proses pembelajaran bersama. Selain dapat mengamati secara langsung prosesnya, juga bisa menambah pengetahuan baru. Tidak hanya teori tapi langsung praktek pada realitas yang terjadi. Dengan begitu akan semakin kaya pengalaman sehingga banyak pula gagasan maupun kreativitas yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi. Begitu pula bagi organisasi PAMAN yang sangat antsusias mengikuti kegiatan KRJB ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar