Kamis, 26 Maret 2009

Pelatihan Organik Mengupayakan Kesehatan Lingkungan


SEJARAH pertanian oganik sudah sejak lama kita kenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi, penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.

Namun peningkatan pemenuhan pangan tersebut menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan dan petani. Tidak bisa dipungkiri lagi jika saat ini kondisi tanah, air, udara yang menjadi sumber kehidupan kita mulai tercemar. Tanah, sebagai alat produksi utama bagi petani juga semakin menurun tingkat kesuburannya karena banyaknya kandungan zat kimia yang digunakan. Dampaknya tanah menjadi tidak subur dan petani semakin tergantung terhadap pupuk maupun pestisida pabrikan yang banyak mengandung zat kimia. Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian bahan-bahan tersebut, ini berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan kimia tersebut.

Pemahaman akan bahaya bahan kimia dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (kembali ke alam). Pertanian organik di artikan sebagai sistem produksi pertanian yang menyeluruh dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, lingkungan yang sehat berkualitas, dan berkelanjutan.

Hal inilah yang mendorong PUNDEN (Perkumpulan Desa Mandiri) melakukan pelatihan pertanian organik yang diadakan pada tanggal 15 November 2008 di dusun Karang Tengah Desa Garu. Pelatihan ini merupakan tidak lanjut dari pengiriman delegasi dan studi banding ke Yogyakarta beberapa waktu yang lalu.

Dalam pelatihan yang berlangsung mulai pukul 12 siang ini dihadiri oleh 15 orang perwakilan dari organisasi komunitas yang tersebar di empat kecamatan di kabupaten Nganjuk. Tidak lebih dari 8 oganisasi yang menghadiri kegiatan ini. Diantaranya adalah Paguyuban Mandiri, Komunitas Ngronggot, Ikatan Pemuda Malangsari, Komunitas Keramat Katerban, Koperasi Kumandang, KPRM Tegalrejo, organisasi pemuda cerme dan karangtaruna desa banjaranyar.

Memperagakan alat Test
Pelatihan yang difasilitasi oleh Sukardi dan M.Hasyim (Lakspedam NU Jombang) lebih banyak mengulas tentang kondisi tanah (unsur hara dalam tanah) dan pupuk yang selama ini berkembang dan banyak digunakan oleh petani. Dengan menggunakan alat tes yang dibuat sendiri dapat diketahui apakah pupuk kimia dengan jenis urea, TSP maupun ZA tersebut asli atau sudah bercampur dengan bahan lain.

“Nasib petani saat ini sudah semakin parah. Disatu sisi harga jual dan biaya produksi selalu tidak seimbang, tapi disisi yang lain petani juga tidak bisa melepaskan ketergantungannya terhadap pupuk dan pestisida kimia yang banyak dibuat oleh pabrik. Sehingga petani jadi tergantung dan tidak berdaya”, ujar Sukardi dalam pemaparan materinya. “Untuk itu dibutuhkan kesadaran petani untuk merubah kebiasaanya agar biaya produksi petani bisa terjangkau dan hasilnya bagus bisa dibeli dengan layak dengan cara beralih ke pertanian secara organik.Seperti makhluk hidup lainnya, tanah juga memiliki sifat fisik yang rentan terhadap factor-faktor lingkungan. Sehingga dalam jangka waktu tertentu kualitas tanah yang digunakan untuk pertanian semakin menurun kaualitasnya yang berpengaruh pada hasil produksinya. tambahnya.

Sejalan dengan itu, Hasyim kemudian mengilustrasikan bahwa lahan yang terlalu banyak menggunakan bahan kimia akan menimbulkan kerusakan tanah. “Tanah akan menjadi tidak subur lagi dan semakin membutuhkan bahan kimia yang terus meningkat. Akibatnya biaya produksi jadi semakin tinggi sehingga petani tidak bisa mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya. Untuk itu, petani harus mulai merubah pola pikir dalam perspektif yang lebih ramah lingkungan sehingga petani dapat menjadi sahabat yang arif bagi tanah dan lingkungan hidup”.

“Apa yang harus dilakukan petani”, tanya Sudiono. Sebelum menjawab persoalan tersebut peserta diajak melihat apakah benar tanah di lahan memang sudah tidak subur lagi. Dengan cara mengetest unsure haranya. Hasilnya unsure hara yang ada didalam tanah yang mengandung bahan kimia lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang tidak banyak mengandung bahan kimia.Artinya tanah yang kandungan kimianya sedikit itu unsur haranya lebih bagus sehingga lebih subur untuk ditanami.

Kemudian dilanjukan dengan memperagakan cara mengetes pupuk urea, ZA, TSP apakah mengandung campuran atau tidak. Karena akhir-akhir ini banyak pupuk yang dicampur dengan garam. Untuk itu ada cara yang bisa kita lakukan sendiri untuk dapat mengetahuinya. Caranya dengan alat test yang dibuat sendiri ini, pupuk dicampur dengan air kemudian dihubungkan dengan alat test. Jika pupuk tersebut mengandung campuran maka nyala lampu akan lebih gelap. Begitu pula sebaliknya.

Menurut Imam Wahyudin, peserta yang saat itu kelihatan bersemangat mengikuti pelatihan, “pelatihan seperti ini sangat berguna bagi petani karena selama ini kita tidak tahu pupuk yang kita beli ini palsu atau tidak. Kita juga jadi lebih mengerti kondisi tanah kita. Manfaatnya kita jadi lebih bisa menentukan dengan kondisi tanah tertentu kira-kira tanaman apa yang paling cocok”. Manfaat adanya pelatihan ini juga dirasakan oleh Mulyo yang hadir mewailiki komunitas Keramat, menurutnya banyak bahan yang sebenarnya telah tersedia di sekitar kita yang bisa dijadikan untuk membuat pupuk organik sendiri agar petani tidak semakin tergantung pada pupuk kimia yang dibuat pabrik..


Alat dan Bahan:
1. puk pabrikan. Za, urea. TSP, ponska,
2. berbagai jenis tanah
3. air mineral,air sumur,air gula
4. tanah kompos, tanah sawah tanah campur amina (molasses)
5. alat pendeteksi untuk mengukur kandungan mineral

Prinsip kerja
1. semua bahan ditaruh didalam gelas bening dan dicampur dengan air. Setelah bahan dimasukkan dalam gelas plastic bening, alat uji tes untuk melihat asli atau tidak.
2. ada tujuh uji coba yang dilakukan..
3. untuk melihat pupuk mengandung campuran atau tidak bisa dilihat dari terang dan gelapnya lampu yang menjadi alat test

Rencana Tindak Lanjut
Karena keterbatasan waktu, pelatihan yang sedianya juga akan membahas pembuatan pupuk organik ini akhirnya disepakati akan dilakukan dilain kesempatan dengan agenda yang berbeda. Sehingga pelatihan yang diikuti oleh berbagai komunitas ini menghasilkan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang akan dilakukan secara bertahap di masing-masing komunitas. Adapun rencana tidak lanjut yang disepakati adalah:
1. dilakukan pelatihan yang sama dikelompok-kelompok yang lain
2. pelatihan membuat mikro organisme dan pupuk norganik
3. pelathan membuat pestisida alami
4. membuat demplot pertanian organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar