Kamis, 26 Maret 2009

PAMAN DAN KOPERASI LANGGENG DEKLARASI


Sejak pagi hari, di bekas SD Karang Tengah Garu mulai rame dikunjungi orang. Anak-anak sibuk berlomba mewarnai. Siang harinya, pengumuman lomba diumumkan. Suasana menjadi sepi kembali sampai akhirnya, sore hari satu dua orang memadati kembali lokasi SD tersebut. Karena malamnya adalah acara inti yang akan digelar. Hari itu adalah hari deklarasi Paguyuban Mandiri (PAMAN) dan Koperasi Langeng yang dikemas dalam pagelaran seni dan orasi budaya. Tidak tanggung-tanggung, yang menghadiri adalah kyai pro rakyat dari Pondok Tebuireng Jombang KH. Sholahuddin Wahid. Dan juga wakil Bupati kabupaten Nganjuk.

Mengawali pembukaan acara, berbagai kreasi ditampilkan. Anak-anak menari dengan berbagai macam ekspresi dan gaya. Tidak ketinggalan ibu-ibu mulai memadati arena deklarasi. Acara kemudian diisi sambutan-sambutan, dari panitia, hingga wakil bupati yang didengarkan kurang lebih seribu orang yang terdiri dari ibu-ibu, hingga anaka-anak. Kegiatan ini adalah rangkaian panjang dari acara deklarasi, karena hari sebelumnya dilakukan lomba-lomba anak-anak dan untuk umum yakni loba jalan sehat..

Siapa sebenarnya Paman? Dalam sebuah perbincangan singkat, salah satu kader Paman mengatakan berkumpulnya individu-individu dalam sebuah kelompok memunculkan semangat yang lebih kuat. Inilah yang kemudian mendasari berdirinya PAMAN dan Koperasi Langgeng. Saat ini anggota Paman massih dilingkup dusun Karang Tengah, walaupun ada juga anggotanya dari dusun sebelah. Kegiatan yang dilakukan PAMAN sudah terencana dengan baik. Karena mereka melakukan pertemun rutin sebagai media berkumpul bulanan. Dalam pertemuan bulanan inilah Koperasi Langgeng digerakkan. Anggota-anggotanya melakukan proses simpan pinjam. Kegiatan PAMAN ini sudah berjalan hampir 7 bulan yang lalu.

Malam itu acara deklarasi meriah. Selain dihadiri banyak orang, acara ini terasa istimewa karena juga dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat juga datang misalnya Pak Camat, perwakilan Dinas Kesbanglinmas, Wakil Bupati, Kepala Desa. Dalam sambutannya, Wakil Bupati mengatakan, ”paguyuban itu dekat dengan budaya patembayan dimana budaya yang mengedepankan gotong royong. Maka, dengan dideklarasikannya Paguyuban Mandiri ini semoga bisa menghidupkan lagi pembangunan desa dan kegotong royongan warga. Selamat atas berdirinya PAMAN”. Sambutan wakil bupati ini merupakan pembacaaan naskah yang dikirim Bupati Nganjuk yang sedianya hadir, tetapi diakhir-akhir acara tidak bisa datang dan digantikan wakilnya.

Puncak dari acara ini adalah ketika KH. Sholahuddin Wahid menuju mimbar panggung deklarasi. Dalam pidatonya, Kyai yang lebih akrab dipanggil Gus Sholah ini mengatakan: ”ibadah itu tidak hanya ubudiyah, tetapi juga amaliyah. Sehingga, walaupun orang berhaji, sholat wajib, teteapi perilakunya koruposi, ya tetap saja dosa. Semoga pemimpin kita tidak korupsi, membela rakyat seperti kita ini. Amin.”

Selain itu, Gus Sholah juga menjabarkan kesholehan seseorang. Kesholehan itu dibagi dalam beberapa tingkat. Soleh secara agama, soleh terhadap alam, soleh secara sosial, dan soleh secara proforesional. Gus Sola menjelaskan: “Kalau secara agama ya harus melakukan kewajiban agama. Soleh terhadap alam ya harus cinta sama lingkungan. Soleh secara sosial ya harus baik-baik dengan tetangga. Dan yang terakhir soleh secara profesional itu terjadi dalam orang-orang yang berprofesi. Misalnya, bupati ya harus memihak rakyatnya, bukan membohongi rakyatnya, polisi yang tidak boleh diskriminatif.”

Secara khusus Gus Sholah mendukung upaya rakyat untuk membentu organisasi seperti PAMAN. Menurutunya keberadaan organisasi dalam Islam sangat penting.
”Jika satu orang dirugikan, dia tidak bisa kuat dalam berjuang. Tetapi kalau orang banyak yang dirugikan dan berkumpul dalam organisasi mereka akan kuat. Mereka bisa efektif dalam memperjuangkan kesejahteraannya.
Hal ini saperti yang terjadi dalam pedagang pasar. Pedagang pasar adalah kelompok masyarakat yang sering kali mengalami ketidakadilan. Pasarnya di bakar, mereka digusur. Akhirnya tidka bia berjualan lagi. Maka, mereka saya dorong untuk membuat organisasi bersama yang bernama Federasi Pedagang Pasar Indonesia. Dengan organisasi mereka harus berjuang. Saya kira sudah tepat apa yang dilakukan Paguyuban Mandiri dan Koperasi Langgeng untuk meraih kesejahteraannya. Mari kita dukung bersama. Dan mungkin kita bisa kerjasama dikelak kemudian hari, karena saya sedang mengelola lahan pondok pesantren Tebuireng dikelola secara organik, tanpa pupuk dan pestisida kimia.”

Acara malam itu tidak terasa sudah larut ketika Gus Sholah selesai menutup pidatonya dengan diiringi doa. Namun, dibenak yang hadir, ada harapan untuk merubah nasib dari mendengarkan apa yang disampaikan kyai Jombang tersebut. Rasanya, sudah lama kita tidak mendengarkan kyai yang berbicara secara tegas dan kongkrit dalam membela umatnya yang belum sejahtera.

Dan kita menjadi ingat, deklarasi Paman yang dilaksanakan ini bertepatan juag di bulan Agustus. Hari dimana 63 tahun yang lalu, Ir Sukarno dan M. Hatta yang mewakili bangsa ini dalam deklarasi Proklamasi Republik Indonesia. Selamat atas deklarasinya Paguyuban Mandiri dan Koperasi Langgeng. Semoga dapat menjadi contoh bagi umat lain dalam memperjuangkan cita-citanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar