Jumat, 21 Agustus 2009

DANA SOSIAL DAN ARISAN SEBAGAI JALAN MEMPERKUAT KEBERSAMAAN

Sungguh menyentuh untuk melihat bagaimana sekelompok orang memasak untuk setiap orang yang ada di sana. Sementara kelompok yang lain sedang mengurus anak-anak, yang lain sedang bercocok tanam. Mereka merasa sebagai satu kesatuan dengan lingkungan mereka. Mereka mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan dan menambahkan perhatian pada keadilan jender untuk memastikan bahwa semua suara terdengar dan semua orang merasa menjadi bagian dari proses yang sedang berlangsung.

Hangatnya kebersamaan seperti ilustrasi diatas inilah yang menjadi mimpi kita bersama dalam kehidupan, utamanya di sebuah perkampungan yang kita diami. Nuansa kebersamaan siapapun pasti sangat membutuhkan. Apalagi bagi komunitas yang sudah memiliki kelompok yang telah mereka bangun bersama. Seperti PAMAN (Paguyuban Mandiri), di dusun Karangtengah Desa Garu, yang saat ini menjadi satu-satunya organisasi yang dibangun dari bawah oleh warga dimana mereka bisa memastikan setiap orang yang menjadi anggotanya dapat bersuara dan suaranya akan terdengar oleh yang lain dalam setiap pengambilan keputusan apapun menyangkut mereka.

Kebersamaan itulah modalnya. Apapun akan dapat diwujudkan dengan kekuatan itu. Dan jika dilihat dari sejarahnya sejak Agustus 2008 PAMAN didirikan. Ini berarti sudah setahun organisasi komunitas ini eksis. Usia ini memang masih belia untuk dikatakan sebagai organisasi komunitas yang benar-benar mandiri atau mapan yang dapat mensejahterakan seluruh anggotanya. Namun demikian diakui banyak hal yang dapat dijadikan proses pembelajaran bersama dalam pengelolaan dan kemajuan PAMAN kedepan.

Dari yang tidak sedikit itu salah satunya adalah pendirian koperasi yang berbasis anggota yang juga sudah berjalan hampir setahun. Koperasi yang diberi nama Langgeng ini didirikan sebagai wadah bersama untuk memperkuat ekonomi anggota. Seluruh anggota PAMAN juga menjadi anggota koperasi Langgeng. Sehingga kegiatan ekonomi dipusatkan di wadah koperasi ini dan PAMAN menjadi organisasi yang ditujukan untuk melakukan pemberdayaan dan upaya-upaya advokasinya.

Dari sisi anggotanya, yang menjadi anggota PAMAN dan Langgeng adalah para petani desa yang berlahan sempit. Sehingga inisiatif untuk meningkatkan pendapatan pertaniannyapun mereka lakukan seperti bertanam padi dengan pertanian organik. Caranya, mereka membuat demplot sebagai lahan percontohan pertanian dengan sistim organik. Lahan yang digunakan praktek organik ini berasal dari lahan anggotam dan hasilnya bisa dirasakan oleh penggarap dan PAMAN secara organisasi.

Saat ini mereka sedang menyepakati kegiatan Arisan dan Dana Sosial sebagai salah satu jalan untuk semakin mempererat komunikasi antar anggota. Tidak lain tujuan akhirnya adalah untuk meraih cita-cita bersama. Bagi mereka yang sudah memiliki organisasi yang kuat, lengkah kecil yang menjadi inisiatif PAMAN ini mungkin tidak berarti. Tapi bagi yang lain, akan menjadi “virus yang baik” dan bisa di duplikasi ditempat lain dalam menjaga mimpi-mimpi mereka untuk tetap memiliki kebersamaan.

Kegiatan arisan dan dana sosial akhirnya menjadi pintu pembuka untuk semakin mempererat hubungan setiap anggotanya. Mereka yang dapat arisan secara otomatis akan di tempati pertemuan rutinan yang mereka adakan setiap bulan sekali dan dana arisan yang diperolehnya dapat digunakan untuk “ubo rampe” nya.

Berbeda dengan arisan yang disepakati nominal uangnya, dana sosial ini jumlahnya tidak ditentukan. Secara sukarela saja anggota memberikan sumbangannya. Dana sosial yang dihimpun dan bersumber dari iuran anggota perkumpulan ini sebagian akan digunakan untuk mensupport kegiatan PAMAN dan sebagian lainnya untuk membangun solidaritas ketika anggota PAMAN sedang mengalami musibah atau kebutuhan lainnya.

Belajar dari pengalaman PAMAN tersebut, sesungguhnya inilah inti salah satu gerakan sosial yang paling mengakar ke bawah. Dimana setiap orang memiliki hak dan kwajiban yang sama sekaligus memiliki kebebasan yang ”diikat” oleh kesepakatan sebagai aturan mainnya. Dalam arti ini, kebersamaan menjadi hal yang sangat mendasar bagi semua. Hanya melalui proses ini mereka dapat (1) dapat sungguh-sungguh merefleksikan keinginan dari gerakan secara menyeluruh dan (2) memastikan setiap orang merasa bahwa suara mereka ada dan terdengar, lalu (3) bersedia untuk melanjutkan keputusan kelompok meskipun itu bisa saja bukan merupakan pilihan pertama mereka.

Tentu saja, tak ada model sederhana yang dapat begitu saja ditiru dan diterapkan dalam realitas yang berbeda. Konsep demikian sama saja dengan sistem hirarki yang justru ingin kita perbaiki. Proses ini haruslah berjalan secara kreatif dan kolaboratif. Semua orang harus bersedia mendengar dan bekerja sama. Membahas berbagai soal dan membangun ruang bersama yang berakar pada keyakinan dan cinta, bukannya ketakutan. Ini semua dapat dilakukan tanpa dana besar yang diperlukan untuk membangun organisasi yang sehat.


Read More..